Thursday, December 25, 2008

Go Light Your World

"Go Light Your World"

By Kathy Trocolli

There is a candle, in every soul
Some brightly burning, some dark and cold
There is a spirit, who brings a fire
Ignites a candle, and makes his home

So, carry your candle, run to the darkness,
Seek out the hopeless, confused and torn.
Hold out your candle, for all to see it
Take your candle, and go light your world;
Take your candle, and go light your world.

Frustrated brother, see how he's tried to
Light his own candle, some other way.
See now you sister, she's been robed and lied to
Still holds her candle, without a flame.

So, carry your candle, run to the darkness,
Seek out the lonely, the tired and worn
Hold out your candle, for all to see it
Take your candle, and go light your world
Take your candle, and go light your world.

'Cause we are a family, whose hearts are blazing
So lets raise our candles, and light up the sky
Praying to our Father, in the name of Jesus
"Make us a beacon, in darkest times"

So, carry your candle, run to the darkness,
Seek out the helpless, deceived and poor
Hold out your candle, for all to see it
Take your candle, and go light your world
Take your candle, and go light your world.

Carry your candle, run to the darkness
Seek out the hopeless, confused and torn
Hold out your candle, for all to see it
Take your candle, and go light your world
Take your candle, and go light your world.


Sesaat aku terdiam, membisu bukan karena aku tidak bisa menyanyikan lagu ini. Mataku terpejam demikian lamanya bukan karena aku menikmati alunan-alunan melodinya. Ketika semua orang di dalam ruangan itu menyanyikan pujian ini, aku hanya bisa menutup mata, merenung dan coba berpikir serta merefleksikan diri.
Irama, aransemen dan melodi dari pujian ini begitu indah dan menggoda setiap yang hadir untuk menyanyikannya.

Aku coba berpikir tentang diriku sendiri, apakah aku sudah menjadi lilin untuk sekitarku. Menjadi lilin tentunya pasti berdampak dan menimbulkan respon karena terang itu begitu menyita perhatian & menyilaukan mata, ga peduli jumlahnya kecil ataupun besar. Jadi pertanyaan pertamaku : "Apakah orang-orang sekitarku sadar akan kehadiranku di tengah-tengah mereka ?"

Aku pun disadarkan ketika menjadi lilin maka ada sesuatu yg harus dikorbankan, yaitu diriku sendiri. Lilin membakar sampai habis dirinya sendiri demi menyinari kegelapan itu. Setiap pribadi yang sudah bertemu dan menikmati perjumpaan ilahi bersama dengan Sang Terang pasti merelakan dirinya untuk menjadi lilin yg menerangi sekitarnya yg gelap walau mungkin itu akan sampai mem'bakar' habis dirinya sendiri. Pertanyaan untuk diriku kembali : " Apakah Aku siap melihat dan merasakan pengorbanan menjadi lilin ?"

Merenungkan 2 pertanyaan ini tidak mudah, tak terasa bagian reff pujian ini sedang dinaikkan. "Carry your candle, run to the darkness" -- bagian ini membuatku berpikir ulang untuk menjadi lilin. LARI ke tengah kegelapan ??? Berjalan saja sudah menyeramkan dan melelahkan, kenapa harus berlari ? Kenapa bukan berjalan saja ? Kucoba renungkan beberapa saat... Akhirnya kutemukan jawabannya pada 2 bait awal (di luar reff) : "There is a candle, in every soul -- Some brightly burning, some dark and cold. Frustrated brother, see how he's tried to light his own candle, some other way. See now you sister, she's been robed and lied to. Still holds her candle, without a flame". Begitu banyak orang di luar sana yang berusaha menyalakan lilinnya dengan kekuatannya sendiri tapi tidak pernah bertahan lama dan cahyanya pun redup. Mencoba dan mencoba hingga mereka frustasi dan putus asa, tidak ada pengharapan dan akhirnya kecewa. Selagi mereka masih hidup, selagi mereka masih memiliki lilin yg dapat dinyalakan, sejauh itu pula kita harus berjuang menjadi lilin yg menyalakan lilin mereka dengan cahya lilin (Sang Terang) kita yg tak pernah padam bahkan kalau perlu kita berlari, karena tak ada yang tahu akan hidup manusia.

Lagu ini sedang dinyanyikan terus menerus di akhir kebaktian gereja. Lagu ini adalah theme song dari perayaan natal tahun ini di gereja. Setiap kali lagu ini dinyanyikan, setiap kali itu aku berpikir " Can I be a candle, Lord ?" Menyeramkan, menakutkan, ga enak, tersiksa, merasa aneh dan itu berarti aku harus membuang kesenangan-kesenanganku yg melebihi Engkau. Tidak mudah Tuhan, aku takut & gemetar. Aku tidak mampu Tuhan dan aku tidak akan pernah bisa mampu Tuhan ...

"Cause we are a family, whose hearts are blazing
So lets raise our candles, and light up the sky
Praying to our Father, in the name of Jesus
"Make us a beacon, in darkest times"

Hingga saat itu tiba, perayaan penyalaan lilin kemarin di KKR natal gereja. Saat dimana aku mendengar dan menikmati peneguhan dari Tuhan. Saat dimana Tuhan menenangkan hatiku. Saat dimana Tuhan mengingatkan aku akan setiap janjinya, penguatan dan pemeliharaanNya. Saat yang sama Tuhan mengingatkanku kembali akan semua tugas dan fungsiku sebagai garam dan terang di dunia ini, bukan hanya untuk berkumpul bersama-sama terang yg lain. I'm not alone God. Thanks for Your guidance & blessing. Aku punya komunitas saudara seiman, aku punya gereja dan terutama aku punya Immanuel - Allah yang besertaku.

Sambil pujian ini terus berkumandang di tengah-tengah ribuan cahaya lilin yang bertebaran pada waktu itu, dalam hatiku, sambil mengangkat lilinku aku berdoa : "God, I want to be a candle, I will carry myself -- run to the darkness"
. Suatu pujian yang indah, suatu janji dan komitmen yang dibuat di hadapan Tuhan. Antara Tuhan dan aku.

So, carry your candle, run to the darkness,
Seek out the helpless, deceived and poor
Hold out your candle, for all to see it
Take your candle, and go light your world
Take your candle, and go light your world.

Carry your candle, run to the darkness
Seek out the hopeless, confused and torn
Hold out your candle, for all to see it
Take your candle, and go light your world
Take your candle, and go light your world.







1 comment:

Anonymous said...

kiranya doa itu tetap ada, walaupun Natal telah lewat. :)